Implementasi Green Accounting dan Dampaknya pada Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Adat Masyarakat Moi di Kabupaten Sorong (Studi Kasus pada Perusahaan Kelapa Sawit)
DOI:
https://doi.org/10.52062/jaaa.v7i2.4649Abstract
Abstract
The rapid development of industry in Indonesia that is not balanced with social responsibility for the environment has caused environmental damage. The long process that companies go through, from processing raw materials to turning into finished products, often focuses on maximizing profits without paying attention to environmental responsibility (Auliya, 2018). As a result, environmental damage such as air, soil, and water pollution continues to occur, one example is forest and land fires during the 2015-2019 period caused by the conversion of land to plantations (Kompas.com, 2019). To overcome this problem, the government through the Ministry of Environment and Forestry (KLHK) initiated the Company Performance Assessment Program (PROPER) which aims to improve the company's environmental performance. One of the approaches that plays an important role in this is environmental accounting. Environmental accounting helps companies analyze waste-related costs, support decision-making, and encourage more environmentally friendly operational practices (Prasetyo, R. A & Adi, 2020). This research aims to analyze customary forest management with a green accounting approach to support sustainability. The location of the research is a palm oil company in the customary area of the Moi community, Sorong Regency. With the phenomenological method, data is collected through interviews and observations, then analyzed qualitatively descriptively. The results of the study show that the implementation of green accounting in palm oil companies includes the integration of environmental costs in business decision-making, CSR implementation, and environmental impact management. Green accounting supports sustainability, even though its implementation is constrained by a lack of technology, standard guidelines, and understanding of human resources. The positive impacts include improving the welfare of indigenous peoples, but the negative impact is the loss of traditional livelihoods that trigger conflicts.
Keywords: Green Accounting, and Sustainability of Customary Forests
Abstrak
Pesatnya perkembangan industri di Indonesia yang tidak diimbangi dengan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan telah menyebabkan kerusakan lingkungan. Proses panjang yang dilalui perusahaan, mulai dari mengolah bahan mentah hingga menjadi produk jadi, sering kali berfokus pada upaya memaksimalkan keuntungan tanpa memperhatikan tanggung jawab lingkungan (Auliya, 2018). Akibatnya, kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, tanah, dan air terus terjadi, salah satu contohnya adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama periode 2015-2019 yang disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi perkebunan (Kompas.com, 2019). Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menginisiasi Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) yang bertujuan meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. Salah satu pendekatan yang berperan penting dalam hal ini adalah akuntansi lingkungan. Akuntansi lingkungan membantu perusahaan menganalisis biaya terkait limbah, mendukung pengambilan keputusan, dan mendorong praktik operasional yang lebih ramah lingkungan (Prasetyo, R. A & Adi, 2020). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengelolaan hutan adat dengan pendekatan green accounting untuk mendukung keberlanjutan. Lokasi penelitian adalah perusahaan kelapa sawit di wilayah adat masyarakat Moi, Kabupaten Sorong. Dengan metode fenomenologi, data dikumpulkan melalui wawancara dan observasi, lalu dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan green accounting di perusahaan kelapa sawit meliputi integrasi biaya lingkungan dalam pengambilan keputusan bisnis, pelaksanaan CSR, dan pengelolaan dampak lingkungan. Green accounting mendukung keberlanjutan, meski implementasinya terkendala kurangnya teknologi, pedoman standar, dan pemahaman SDM. Dampak positifnya mencakup peningkatan kesejahteraan masyarakat adat, tetapi dampak negatifnya adalah hilangnya penghidupan tradisional yang memicu konflik.
Kata Kunci: Green Accounting, dan Keberlanjutan Hutan Adat