Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Di Kawasan Konservasi Penyu Paleleng Pantai Skouw Yambe Kota Jayapura Papua

Authors

  • Efray Wanimbo Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih
  • Popi Ida Laila Ayer Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih
  • Tamara Louraine Jeanette Kainama Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih
  • John D. Kalor Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih
  • Fitra Yunia Ramba Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

DOI:

https://doi.org/10.31957/acr.v8i1.4181

Keywords:

Habitat, Konservasi Penyu Paleleng, Pantai Skouw Yambe, Deskriptif Kuantitatif

Abstract

Kawasan Konservasi Penyu Paleleng terletak di pesisir pantai Skouw Yambe. Lokasi pantai di Skouw Yambe sangat strategis sebagai tempat yang cocok untuk penyu bertelur karena berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik. Namun kondisi lokasi bertelurnya penyu pada saat ini sangat memprihatinkan, dikarenakan banyaknya sampah yang bermacam-macam jenis yang berserakan di bagian pesisir pantai sehingga membuat kualitas pantai menurun. Selain masalah kebersihan pantai, fasilitas yang di butuhkan dalam Konservasi Penyu Paleleng juga masih terbilang kurang, sehingga kelompak masyarakat konservasi masih menggunakan peralatan sederhana dan seadanya. Tingginya peranan habitat maupun faktor ekologis terhadap kelangsungan peneluran dan perangsangan penyu di Pantai Skouw Yambe, maka sangat perlu dilakukan kajian dalam mendukung program Konservasi Penyu di kawasan Pantai Skouw Yambe. Metode Data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan di Pantai Skouw Yambe dan akan ditentukan 2 titik (stasiun pengambilan sampel) tempat mendaratnya penyu untuk bertelur. Berdasarkan tempat bertelurnya penyu, terdapat 2 stasiun yaitu Paerong (stasiun 1) dan Tanjung Tangwato (stasiun 2). Suhu pasir pada stasiun 1 rata-rata 29,72 derajat dan stasiun 2 rata-rata 30,06. Panjang Pantai Skouw Yambe memiliki panjang garis pantai kurang lebih 5 km atau kurang lebih 5.000 m dan lebar pantai pada stasiun 1 yaitu 66 m dan pada stasiun 2 berukuran 50 m. Substrat stasiun 1 dan 2 didominasi oleh pasir halus dengan ukuran 0,224 mm dan pada stasiun 2 berukuran 0,219 mm. Salinitas di stasiun 1 yaitu 33ppt dan pada stasiun 2 yaitu 35ppt. DO pada stasiun 1 yaitu 6,5 mg/l dan stasiun 2 yaitu 7,1 mg/l. Jenis vegetasi yang dominan di sekitar pantai tempat peneluran penyu Skouw Yambe adalah Pohon Pandan (Pandanus Sp), Pohon Bitanggur (Calophypillum inophyillum), Pohon Ketapang (Terminalia catappa), Pohon Kelapa (Cocos nucifera), Kacang Laut (Canavalia maritima), Pohon Bapa Ceda (Halabeu) bahasa daerah. Ancaman predasi habitat penyu yaitu akibat faktor dari makhluk hidup dan alam sendiri.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Efray Wanimbo, Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih. Jln. Kamp. Wolker. Waena. Papua

Popi Ida Laila Ayer, Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih. Jln. Kamp. Wolker. Waena. Papua

Tamara Louraine Jeanette Kainama, Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih. Jln. Kamp. Wolker. Waena. Papua

John D. Kalor, Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih. Jln. Kamp. Wolker. Waena. Papua

Fitra Yunia Ramba, Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas Cenderawasih

Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA Universitas Cenderawasih. Jln. Kamp. Wolker. Waena. Papua

References

Cousins, N., Rees and Godley, B. (2017). A Sea Turtle Nesting Beach Indicator Tool. Bluedot Associates, 12(1), 1-7.

Effendi. 2003. Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta

Hadi S. 1989. Metodologi Riset. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. P: 37-50.

Hasanah H. 2016. Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial). Jurnal at-Taqaddum. (8) 1 : 21-46.

Kalor, John D., Runtuboi, Dirk YP., Rumahorbo, Basa., Dimara, Lisiard., Indrayani, Ervina. 2022. Konservasi Penyu di Papua. Penerbit Samudera Biru, Yogyakarta.

Khaisu, M.S. (2014). Karakteristik habitat peneluran penyu lekang (Lepidochelys olivecea, Hirth 1971) di Taman Wisata Alam Air Hitam, Bengkulu. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan MENLH. (2004). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 (Lampiran 3) tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta.

Nanlohy, Hendry Y., Riupassa, Helen., Haurissa, Jusuf., Marianingsih, Susi., Usman, Syamsudin. 2022. Utilization of wood waste into briquettes as an alternative fuel substitute for kerosene in Skouw Yambe Village, Jayapura City. Community Empowerment. Vol.7 No.10 (2022) pp. 1677-1683

Nuitja, N.S. 1951., Konservasi dan Pengembangan Penyu di lndonesia. Makalah Seminar Penelitian ,danPengelolaan Penyu di Indonesia. Jember. Indonesia.

Nuitja, I.N.S. 1997. Konservasi dan pengembangan penyu di indonesia. IPB Press, Bogor.

Nuitja, I.N.S. 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press, Bogor.

Novitasari, E, Prayogo, H & Anwari, MS, 2018, Karakteristik Tempat Peneluran Penyu Sisik (Eretmachelys Imbricata) di Resort Sungai Perlu Taman Nasional Tanhung Puting, Jurnal Hutan Lestari, Vol. 6 (1), hlm. 165- 174.

Parinding, Z. 2021. Preferensi Habitat Persarangan Penyu Di Kawasan Pulau Kecil. Cendekia: Jurnal Ilmu Pengetahuan, 1(2), 8-14.

Pratama, A.Arisna dan Romadhon, Agus. 2020. Karakteristik Habitat Peneluran Penyu Di Pantai Taman Kili-Kili Kabupaten Trenggalek Dan Pantai Taman Hadiwarno Kabupaten Pacitan. Jurnal Juvenil, Volume 1, No. 2, 2020.

Riyanto, D. K. S. (2018). Evaluasi Kesesuaian Habitat Peneluran Penyu di Taman Kili-kiliKecamatanPanggul Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Bangkalan: Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura.

Rohim, H., Rifanjani, S., Erianto. (2017). Studi Habitat Tempat Bertelur Penyu Hijau (Chelonia Mydas) di Kawasan Tambling Wildlife Nature Conservation (Twnc) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Tnbbs) Tanggamus Pesisir Barat. Jurnal Hutan Lestari, 5 (2), 313- 318.

Samosir, S. H., Hernawati, T., Yudhana, A., & Haditanojo, W. (2018). Perbedaan sarang alami dengan semi alami mempengaruhi masa inkubasi dan keberhasilan menetas telur penyu lekang (Lepidochelys olivacea) pantai boom Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner, 1(2), 33- 37. http://journal.unair.ac.id

Simanjuntak, M. (2012). Kualitas Air laut Ditinjau Dari Aspek Zat Hara, Oksigen Terlarut dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta: 290-303.

Tapilatu, R. F dan Tiwari, M. 2007. Leatherback Turtle, Dermochelys Coriacea, Hatching Success at Jamursba Medi and Waremon Beaches in Papua Indonesia. Dalam Chelonian Conservation and Biology.

Published

2025-05-30