Internal Faktor Determinan dalam Dinamika Legislasi di Kampung Kayo Batu Kota Jayapura
DOI:
https://doi.org/10.31957/jeb.v13i3.5005Keywords:
local governance, village legislation, indigenous peoples, legal pluralism, inclusive participationAbstract
This study aims to analyze the internal determinants that influence legislative dynamics in Kampung Kayo Batu, an indigenous community in the urban area of Jayapura City, Papua. Using a qualitative descriptive approach through case study methods, data were collected through in-depth interviews with formal and informal actors, participatory observation, and analysis of relevant village regulations. Source and method triangulation techniques were used to ensure data validity and credibility. The results show that village legislation faces various institutional challenges, such as low technical capacity for drafting regulations, weak coordination between village heads and Bamuskam, the dominance of local elites, and a lack of legal literacy among officials and the community. In addition, the dualism of authority between the formal government structure and traditional leaders creates legal ambiguity that often hinders policy implementation. A paternalistic and informal institutional culture also weakens substantive participation, especially for women and youth. However, there is an opportunity for reform through the application of a hybrid legislative model based on local wisdom, such as the deliberative “three-stove” framework that integrates the roles of government, customs, and society. Thus, it is important to strengthen institutional capacity, improve legal literacy, and harmonize customary norms and state law in order to create inclusive, legally valid, and sustainable village regulations in the context of urban indigenous communities.
Downloads
References
Alfirdaus, M. (2024). Transformasi Kenagarian dan Dinamika Legislasi Lokal. Jurnal Politik dan Masyarakat, 7(2), 204–221.
Arofa, M., Taufik, M., & Basri, H. (2021). Implementasi Regulasi Desa: Perspektif Good Governance. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 6(2), 157–171.
Bebhe, E. (2022). Dinamika hubungan Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam perumusan peraturan desa. Skripsi, Universitas Nusa Cendana.
Bebhe, M. (2022). Dinamika Hubungan BPD dan Kepala Desa dalam Perumusan Peraturan Desa. Jurnal Pemerintahan Lokal, 10(1), 55–70.
Benda-Beckmann, F. V., & Turner, B. (2018). Legal pluralism, social theory, and the state. Journal of Legal Pluralism and Unofficial Law, 50(3), 255–274.
Cornwall, A. (2008). Unpacking ‘Participation’: models, meanings and practices. Community Development Journal, 43(3), 269–283.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches (4th ed.). SAGE Publications.
Fauzan, M., & Hasanah, S. (2019). Pembentukan peraturan desa di Desa Telang dan Gili Timur–Bangkalan. Jurnal Abdimas Bhakti, 2(1), 1–9.
Fung, A., & Wright, E. O. (2003). Deepening Democracy: Institutional Innovations in Empowered Participatory Governance. Verso.
Hasjimzoem, I. (2014). Hukum adat sebagai dasar dalam pembentukan peraturan desa. Jurnal Ilmu Hukum, 12(2), 105–117.
Helmi, M., & Nurmandi, A. (2016). Pelaksanaan Otonomi Khusus di Aceh dan dinamika kelembagaan legislasi berbasis Syariat Islam. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 7(2), 120–138.
Holle, A. M., Nendissa, W. G., & Matitaputty, R. (2022). Penguatan peraturan desa adat berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam. Jurnal Bina Desa, 4(1), 47–56.
Irham, M. (2016). Demokrasi Muka Dua: Kuasa dalam Politik Desa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Lincoln, Y. S., & Guba, E. G. (1985). Naturalistic Inquiry. SAGE Publications.
Merry, S. E. (1988). Legal Pluralism. Law & Society Review, 22(5), 869–896.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative Data Analysis: An Expanded Sourcebook (2nd ed.). SAGE Publications.
Pamuji, I., Nasihuddin, N., & Riswari, I. D. (2017). Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyusunan peraturan desa. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 5(2), 75–89.
Patton, M. Q. (2015). Qualitative Research & Evaluation Methods (4th ed.). SAGE Publications.
Rahman, F. (2024). Hakikat Pembentukan Peraturan Desa dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jurnal Ilmu Hukum, 8(1), 89–104.
Rahmatin, S. (2015). Disfungsi jabatan kepala desa dalam konteks pengambilan keputusan legislasi desa. Jurnal Hukum & Masyarakat, 10(1), 43–56.
Rahmawan, D. (2023). Governance lokal dan penguatan partisipasi dalam pembentukan peraturan desa. Jurnal Politik Pemerintahan Lokal, 3(1), 22–39.
Rani, A., & Fatmawati, I. (2022). Kontestasi kepentingan dalam pembentukan peraturan desa: Perspektif siyasah syar’iyyah. Jurnal Politik Islam, 6(2), 124–137.
Ridwan, F., Pinori, L., & Palilingan, C. (2023). Evaluasi Implementasi UU Desa dalam Pembentukan Perdes. Jurnal Otonomi Daerah, 11(2), 129–144.
Ridwan, M., Pinori, Y., & Palilingan, V. R. (2023). Pembentukan peraturan desa dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Jurnal Reformasi Pemerintahan, 4(2), 65–78.
Rosidin, R. (2019). Partisipasi masyarakat desa dalam proses pembentukan peraturan desa yang aspiratif. Jurnal Administrasi Publik, 7(1), 55–67.
Setiawan, M. (2022). Politik pemerintahan desa di Indonesia: Kekuasaan, kebijakan, dan kelembagaan di tingkat lokal. Yogyakarta: Deepublish.
Setyaningrum, R., & Wisnaeni, F. (2019). Optimalisasi peran BPD dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan desa. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 23(1), 30–43.
Turmudzi, H. (2025). Pluralisme hukum dan problem legislasi desa di wilayah adat. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 55(1), 1–15.
Zainal, A. (2016). Kebijakan Desa dalam Sejarah: 1979–2015. Yogyakarta: PolGov.