Evaluasi Penggunaan Obat Antimalaria di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura, Jayapura

Authors

  • Deshinta S. Natalia Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih
  • Elsye Gunawan Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih
  • Rani D. Pratiwi Pharmacy, Cenderawasih University

DOI:

https://doi.org/10.31957/jbp.55

Abstract

Evaluation of drug use is a quality assurance process that is carried out continuously, organizational structured and recognized to ensure that the drug is used appropriately and effectively. Until recently, Jayapura city is still as a malarial endemic area. In 2012, the number of malaria cases are malarial tertiana 8.535 (39%) cases, malarial tropical 12.256 (57%), malarial mix (tertiana+tropical) 612 (2,84%) and malarial quartana 73 (0,33%). The highest percentage of malarial cases in the Jayapura city is caused by Plasmodium falciparum. The aims of this study are to evaluate the drug use and the dose accuracy of antimalarial drugs in the General Hospital of Abepura from July to December 2014. This is a descriptive study conducted by a retrospective review of medical records of patients. The results of the study concluded that the highest incidence rates occurred in the male (59.04%) and lowest in women (40.96%), 15-25 years of age (57.8%), 26-35 years of age (27.7%) and  36-45 years of age (14.5%). The dose accuracy for antimalarial drugs (100%) indicated that antimalarial drugs used are Primaquine, Artesunate injection and Dihydroartemisin + piperaquine (DHP) or Darplex. 

Key words: Abepura hospital, antimalarial drug, Jayapura, malaria

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Deshinta S. Natalia, Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih

bopharmacology 

Elsye Gunawan, Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih

Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Cenderawasih

Rani D. Pratiwi, Pharmacy, Cenderawasih University

Biopharmacology

References

Dasuki dan H. Miko. 2011. Evaluasi penggunaan artemisin (ACT) pada penderita malaria di Puskesmas Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ekologi Kesehatan. 10: 114-120.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua. 2009. Profil data angkat AMI, API 2009. Jayapura.

Emelda A Okiro, Abdullah Al-Tajar, Hugh Reyburn, Richard Idro, James A Berkley and Robert W Snow. 2009. Age patterns of severe paediatricmalaria and their relationship to Plasmodium falciparum transmission intensity. Malaria Journal. 8:4 doi:10.1186/1475-2875-8-4.

Friaraiyatini, S. Keman dan R. Yudhastuti. 2006. Pengaruh lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap kejadian malaria di Kab. Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2(2): 121 -128.

Gusra, T., N. Irawati, dan D. Sulastri. 2014. Gambaran penyakit malaria di Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan periode Januari-Maret 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(2): 234- 237.

FKUI. 2012. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan Teraupetik, FKUI. Jakarta. hal. 556-570.

Irianto, K. 2013. Mikrobiologi medis penvcegahan pangan lingkungan. Alfabeta. Bandung.

Dinas Kesehatan Jayapura. 2012. Profil Dinas Kesehatan Jayapura [Artikel]. Dinas Kesehatan Jayapura.

Pasaribu, S. 2004. Malaria: Pencegahan dan pengobatan terkini. The Medical Journal of the Medical School. 37(1): 34–41.

RI Departemen Kesehatan. 2008. Gebrak malaria. Departemen Keseharan RI. Jakarta.

RI Departemen Kesehatan. 2009. Malaria-Drug therapy. Jakarta.

RI Kementerian Kesehatan. 2012. Health statistics. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

Rumaikewi, P.J., Y. Sorontou, S. Kadiwaru, dan W. Sapari. 2008. Identifikasi species Plasmodium malaria di Koya Timur Distrik Muara Tami Kota Jayapura Papua. 1(1): . J. ISSN 2085-0190

Saleh, I., D. Handayani dan C. Anwar. 2014. Polymorphisms in the pfcrt and pfmdf1 genes in Plasmodium falciparum isolates from south Sumatera, Indonesia. Med J. Indonesia. 23(1): 3-8.

Siswantoro, H., Hasugian, R. Armedy., R. Avrina, Y. Risniati, dan E. Tjitra. 2011. Efikasi dan keamanan dihydroartemisin piperakuin (DHP) pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kalimantan dan Sulawesi. Media Litbang Kesehatan. 21(3): 135-144.

Solikhah. 2012. Pola penyebaran penyakit malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY Tahun 2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 15(3): 213-222.

Suhardiono. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan insiden penyakit malaria di kelurahan teluk dalam kecamatan teluk kabupaten nias selatan tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia. 2(1): 22-34.

Utami, T.W. 2013. Kategori Umur Menurut DepKes RI. Jakarta.

White, NJ. 2004. Antimalarial drug resistence. The Journal of Clin. lnves. 113: 1084-1092.

Widjaja, J., A. Hayani dan Samarang. 2013. Faktor risiko terjadinya malaria di Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Buski. 4(4): 175-180.

Zein, U. 2005. Penanganan terkini malaria falciparum. Fakultas Kedokteran USU. Sumatera Utara.

Downloads

Published

2018-05-13

Issue

Section

Research Articles